PT. REGA
JAYA ABADI
PT. REGA JAYA ABADI merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1984
yang memulai kiprahnya dalam bidang jasa. Perusahaan ini pertama kali didirikan di Jakarta dengan akta notaris 20 Juni
1980 No. 107 dari notaris Kusmulyanto Ongko, dan disahkan oleh Menteri
Kehakiman RI tanggal 16 Oktober 1981 dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN).
Jasa yang dihasilkan oleh PT. Jakarana Tama adalah analisa
proksimat, yaitu analisa kadar air, analisa kadar abu, analisa kadar protein,
analisa kadar lemak ,dan analisa serat kasar .
A.
Visi
dan Misi
Visi PT. REGA JAYA ABADI ialah menjadi suatu perusahaan jasa
yang terbaik dan menjamin keamanan produk yang dianalisa dengan sistem manajemen mutu ISO 22000 : 2005. Misi perusahaan adalah membentuk dan
meningkatkan kualitas SDM secara berkesinambungan, menghasilkan jasa yang bermutu sesuai kebutuhan konsumen, mengembangkan
jenis-jenis jasa yang bermutu sesuai kebutuhan pasar dan meningkatkan
efisiensi dan produktivitas secara optimal.
B.
Lokasi
Pabrik
PT. REGA JAYA ABADI beralamat
di Jalan Raya Soekarno – Hatt
Km2,5 No. 88, Jakarta
timur. Pemilihan kota Jakarta sebagai lokasi pabrik disebabkan
karena udara lingkungan yang masih bersih dan lokasinya strategis 3 km dari tol
Jagorawi yang memudahkan dalam proses distribusi.
Tata Letak Pabrik
PT. REGA JAYA ABADI terletak pada areal
seluas 5,5 hektar dengan luas bangunan 2,4 hektar dengan batas-batas sebagai
berikut :
§
Bagian barat berbatasan dengan SMPN 29 JAKARTA TIMUR
§
Bagian selatan berbatasan dengan PT. Ratna Sutra
Alam
§
Bagian timur berbatasan dengan PT. Yeh Brother
§
Bagian utara berbatasan pemukiman penduduk
C.
Tata
Letak Alat
Dengan tujuan untuk memungkinkan
jalannya proses analisa dengan baik dan lancar maka tata letak alat dan mesin
produksi disusun berdasarkan urutan proses, penyusunan secara memanjang
berbentuk garis lurus, dimaksudkan untuk memudahkan penanganan pada saat
menganalisa sampel.
D.
Struktur
Organisasi
PT REGA JAYA ABADI memiliki ciri struktur organisasi yaitu kekuasaan dan tanggung jawab mengalir dalam suatu garis dari puncak
ke bawah seperti yang terlihat pada Lampiran 2.
Tugas dan wewenang
masing-masing bagian tersebut adalah :
1. Operational
Director
Membawahi manager produksi, National
Quality Assuranse/ Quality Control and PPIC (manager QA/QC dan PPIC), Personnel and General Affair (PGA
manager), dan manager logistik.
a. Memimpin
kegiatan operasional perusahaan
b. Bertanggung
jawab atas kegiatan operasional perusahaan
c. Menetapkan
dan menjalankan fungsi manajemen perusahaan baik ke dalam maupun ke luar
d. Secara
fungsional mewakili kepentingan perusahaan dalam melaksanakan hubungan dengan
berbagai pihak
2. Factory
Cost Control (FCC)
a. Memberi
laporan pelaksanaan tugas pada Operational Director
b. Mengontrol biaya /
budget pabrik (factory)
3. Manager
a. Memimpin
dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pada bidangnya masing- masing
b. Memberi
laporan pelaksanaan tugas pada Operational Director
Tugas dari masing – masing manager :
1) Personnel
and General Affair (PGA Manager)
Ø Bertanggung
jawab terhadap rekruitmen karyawan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia
Ø Bertanggung jawab membina hubungan
internal dan eksternal perusahaan
Ø Menangani seluruh permasalahan yang
berhubungan dengan sumber daya manusia yang terlibat dalam perusahaan
Ø Mengkoordinasikan Personalia
2) Production Plan and Inventory Control (PPIC) Manager
Membuat
perencanaan produksi dengan mempertimbangkan efisiensi.
3) Quality
Assurance / Quality Control Manager
Ø Bertanggung
jawab dalam implementasi, Quality Manual, Work Intruction, Quality
Plan, sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu yang ditetapkan oleh perusahaan
o
Menjalankan secara terus menerus Sistem
Manajemen Mutu yang meliputi Halal Assurance Sistem, HACCP, GMP,
prosedur analisis dan Manajemen Mutu pre-ISO 9001 : 2000 yang ditetapkan oleh
perusahaan
Ø Melakukan
pengendalian kualitas sesuai Quality Plan yang ditetapkan terhadap Incoming
Raw Material, Work In Process dan Finish Product mengacu
kepada standar perusahaan dengan memperhatikan batasan waktu yang ditentukan
4) Production Manager (PM)
Ø Bertanggung jawab dalam merealisasikan
order dengan efisiensi yang tinggi
Ø Menganalisis waste produk dan hasil
produksi
Ø Membina
dan memotivasi karyawan
Ø Menciptakan hubungan yang harmonis
vertikal, horisontal, internal dan eksternal guna menjamin
terciptanya tim kerja yang solid dan kompetitif
Ø Menjalankan
Sistem Manajemen Mutu
5)
Supervisor
Ø Memimpin
dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan dan kelancaran kegiatan produksi
pada seksi produksinya
Ø Melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja
yang berada pada seksinya dengan dibantu oleh operator
Ø Memberikan masukan kepada manager tentang
efisiensi produksi
6)
Operator
Ø Mengawasi langsung tenaga kerja yang
bertugas pada unit-unit lingkungan seksi produksinya
Ø Bertanggung jawab terhadap kebersihan,
perawatan dan kelancaran mesin
Bersama-sama dengan operator lainnya menjamin kesinambungan dan
kemantapan kerja seksi produksi
E.
Ketenagakerjaan
Penarikan
tenaga kerja dilakukan oleh PT. REGA JAYA ABADI untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja yang tepat dan sesuai. Tenaga
kerja yang ada di PT REGA JAYA ABADI terdiri dari karyawan kontrak dan karyawan tetap dengan
sistem perekrutan yang berbeda-beda. Perekrutan karyawan kontrak dilakukan
berdasarkan seleksi dimana karyawan harus memenuhi syarat-syarat administrasi
yang telah ditentukan oleh perusahaan serta mengikuti tes wawancara dan
kesehatan. Lamanya kontrak kerja ini disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Perekrutan karyawan tetap dilakukan melalui beberapa tahap wawancara, psikotes,
tes penguasaan teori dan tes kesehatan.
Perekrutan
karyawan untuk tingkat manajer ke atas dilakukan oleh divisi Human Resources Development (HRD).
Sedangkan untuk supervisor, tenaga operator dan helper dilakukan oleh bagian personalia dan kepala departemen yang
bersangkutan. Saat ini karyawan PT. Jakarana Tama
Ciawi berjumlah 784 orang yang terdiri dari 384 karyawan wanita dan 400
karyawan pria.
Pengaturan jam
kerja dilakukan secara ketat di PT. REGA JAYA ABADI. Prosedur absensi dilakukan
dengan sistem otomatis menggunakan peralatan Hand Key. Staff Office
bekerja 8 jam sehari mulai pukul 08.00-17.00 setiap hari Senin sampai Jum’at.
Sedangkan karyawan produksi mempunyai waktu kerja sebagai berikut :
·
Karyawan
non shift : Karyawan yang bekerja setiap hari mulai pukul
07.00-16.00 WIB
·
Karyawan
shift : Karyawan di bagian ini di bagi menjadi 2 shift dengan waktu kerja 8 jam. Dengan
Pembagian waktu sebagai berikut :
Shift 1 : Pukul
07.00-16.00 WIB, istirahat pukul 11.30–12.30 WIB.
Shift 2 : Pukul
16.00-01.00 WIB, istirahat pukul 18.00–19.00 WIB.
Ada kalanya juga karyawan shift dibagi menjadi 3 shift, dengan pembagian waktu sebagai
berikut:
Shift 1: pukul
07.00-15.00 WIB, istirahat pukul 12.00-13.00 WIB
Shift 2: pukul
15.00-23.00 WIB, istirahat pukul 18.00-19.00 WIB
Shift 3 : pukul
23.00-07.00 WIB, istirahat pukul 03.00-04.00 WIB
Besar gaji yang diterima
pekerja disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, dalam hal ini
keputusan menteri tenaga kerja RI. Perusahaan juga memberikan beberapa jenis
tunjangan seperti Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan kematian dan lain sebagainya.
Sejak tahun 1994, PT. REGA JAYA ABADI
telah tercatat sebagai anggota APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) dengan
nomor keanggotaan B20730300/DPP/1994 dan mengasuransikan semua karyawannya
dengan keanggotaan JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) nomor 93. GK. 2009.
Pemberhentian kerja dilakukan
apabila karyawan melanggar peraturan yang telah ditetapkan, atas permintaan
individu (karyawan), berakhirnya masa kontrak, dan meninggal dunia. Karyawan yang melanggar peraturan diberikan surat
peringatan terlebih dahulu sebelum dikeluarkan surat pemberhentian kerja. Apabila terjadi pemberhentian kerja, maka pihak
perusahaan bertanggung jawab memberikan pesangon.
Karyawan PT. REGA
JAYA ABADI memperoleh fasilitas-fasilitas dari perusahaan untuk menjamin
kesejahteraan. Fasilitas-fasilitas yang diperoleh
sebagai berikut :
i.
Pemberian gaji dan uang
lembur berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) wilayah Bogor
ii.
Penyediaan makan siang
bagi seluruh karyawan
iii.
Jamsostek bagi karyawan
tetap
iv.
Fasilitas
kesehatan berupa poliklinik di pabrik dan penggantian biaya pengobatan jika
berobat diluar
v.
Fasilitas
transportasi berupa angkutan pulang khusus bagi karyawati shift malam
vi.
Fasilitas
ibadah berupa masjid di dalam lingkungan perusahaan.
vii.
Fasilitas
olah raga berupa tempat olah raga dan organisasi olah raga.
F.
Rencana
Pengembangan Perusahaan
PT
REGA JAYA ABADI Ciawi, Bogor,
pada masa yang akan datang tetap mengembangkan diri dengan memproduksi mi
instan dengan berbagai varian dan menambah kapasitas produksi, untuk menambah
kapasitas produksi tersebut, PT Jakarana Tama membuat mesin pengolahan tepung
terigu. Dengan adanya mesin pengolahan tepung terigu, maka kapasitas produksi
mi instan dapat ditingkatkan. Selain itu rencana untuk jenis produk yang akan
diproduksipun tidak hanya mi instan dan kechup saus saja, melainkan jenis
produk makanan instan lainnya seperti sosis yang proses produksinya akan
beroperasi bulan Februari 2010.
G.
Pemasaran
Produk
Pemasaran produk sangatlah penting
bagi perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai hasil penjualan maka akan menambah keuntungan perusahaan
sehingga memungkinkan perusahaan untuk memperbesar dan berkembang. Berbagai
cara kegiatan promosi dilakukan seperi advertising
dan sales promotion. Kegiatan advertising (periklanan) dilakukan di
radio, surat kabar, majalah, dan papan-papan reklame. Sedangkan kegiatan sales promotion meliputi pembagian hadiah baik secara langsung
atau tidak langsung melalui undian-undian berhadiah.
Pemasaran mi instan PT REGA JAYA ABADI Ciawi,
Bogor dilakukan dengan mengirim produk melalui distributor yang telah
ditentukan, yaitu PT Wicaksana Group dan Alfamart. Maupun menjual langsung
melalui TOGA (Toko Gaga) dan langsung mendistribusikan ke pedagang. Maupun
dengan sistem order to factory (OTF).
METODE ANALISA YANG DIGUNAKAN
1. KADAR AIR
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga
merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi
penampakannya, tekstur, serta cita rasa makanan kita, bahkan dalam bahan
makanan kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian
terkandung air dalam jumlah tertentu (Winarno, 1989).
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan ternyata
lebih bersifat higroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama
pendinginan sebelum penimbangan, bahan selalu ditempatkan dalam ruang tertutup
yang kering, misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat
penyerap air. Penyerapan air/uap air ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat
; silika gel, alumunium oksida, kalium klorida, kalium hidroksida, kalium
sulfat atau barium oksida (Nazaruddin, 2000).
Di dalam bahan pangan terdapat air dalam bentuk (1) Air
Bebas, yaitu air yang berada di permukaan benda padat dan sifatnya mudah
diuapkan, (2) Air terikat, yaitu air yang terikat secara fisik menurut sistem
kapiler atau air absorpsi karena adanya tenaga penyerapan, (3) Air terikat
secara kimia, yaitu air yang berada dalam bahan dalam bentuk air kristal dan
air yang terikat dalam system dispersi koloid. Peranan air dalam bahan pangan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas metabolisme seperti
misalnya aktivitas enzim, aktivitas mikroba, dan aktivitas kimiawi, yaitu
terjadinya ketengikan, dan reaksi-reaksi nonenzimatis, sehingga menimbulkan
perubahan sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan citarasa serta
nilai gizinya. Cara mencegah pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dengan cara
mengganggu lingkungan hidupnya, dengan cara mengubah suhu, kadar air substrat (aw),
pH, kadar oksigen, komposisi substrat, serta penggunaan bahan pengawet anti
mikroba (Muchtadi, 2003).
Salah satu metode penentuan kadar air yang sederhana dan
banyak digunakan untuk produk pangan adalah metode pengeringan atau metode oven
(thermogravimetri). Pada metode ini sampel dibiarkan dalam alat pengering
(oven) pada suhu 70-1050C. Kelebihan metode ini adalah prosedurnya
yang sederhana dan data yang diperoleh cukup baik dan akurat. Tetapi, waktu
yang dibutuhkan untuk mengeringkan sampel cukup lama dan pada sampel yang
mempunyai kadar gula tinggi sangat sulit dilakukan pengeringan (Anonim, 2009a).
Di dalam analisis bahan pangan, biasanya kadar air bahan
dinyatakan dalam persen berat kering. Hal ini disebabkan perhitungan
berdasarkan berat basah mempunyai kelemahan yaitu berat basah bahan selalu
berubah-ubah setiap saat, sedangkan berat bahan kering selalu tetap. Metode
pengukuran kadar air yang umum dilakukan di Laboratorium adalah metode oven
atau dengan cara destilasi. Pengukuran kadar air secara praktis di lapangan
dapat dilakukan dengan menggunakan moisture meter yaitu alat pengukur
kadar air secara elektronik (Adnan, 2005).
Salah
satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah
dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu
metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk
tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk
tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan 100oC–102oC
sampai diperoleh berat yang konstan pada penimbangan berkali-kali (Apriyantono,
1989).
Kadar
air dalam makanan menurut Sudarmadji (1989) dapat ditentukan dengan berbagai
cara:
1. Metode Pengeringan
(Thermogravimetri)
Prinsipnya
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang
bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif
mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:
a.
Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
b.
Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak
mengalami oksidasi dan sebagainya.
c.
Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit
melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
2. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Prinsip
penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa”
cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak
dapat campur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.
Zat kimia yang dapat digunakan antara lain: toluen, xylen, benzena,
tetrakhlorethilen, dan xylol.
Cara
penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak jumlah yang ditentukan
biasanya 75–100 mL pada sampel yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2–5
mL, kemudain dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut
diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih
besar daripada zat kimia tersebut maka air akan berada di bagian bawah pada
tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya
air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai penampung ini antara
lain tabung Strak-Dean dan Sterling-Bidwell atau modifikasinya.
3. Metode Khemis
Ada beberapa cara penentuan kadar air metode khemis antara
lain:
a.
Cara Titrasi Karl Fischer
b.
Cara Kalsium Karbid
c.
Cara Asetil Klorida
4. Metode Fisis
Ada
beberapa cara penentuan kadar air cara fisis antara lain:
a.
Berdasarkan tetapan dielektrikum
b.
Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistansi
c.
Berdasarkan resonansi nuklir magnetik
d.
Metode khusus misalnya dengan kromatografi
2. Kadar Abu
Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari
bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. (Winarno,
1992)
Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara
mengabukan komponen-komponen organik dalam bahan pangan. Jumlah dan komposisi
abu dalam mineral tergantung pada jenis bahan pangan serta metode analisis yang
digunakan. Abu dan mineral dalam bahan pangan umumnya berasal dari bahan pangan
itu sendiri (indigenous). Tetapi ada beberapa mineral yang ditambahkan
ke dalam bahan pangan, secara disengaja maupun tidak disengaja. Abu dalam bahan
pangan dibedakan menjadi abu total, abu terlarut dan abu tak larut.
(Puspitasari, et.al, 1991)
Analisis gravimetrik merupakan bagian analisis kuantitatif
untuk menentukan jumlah zat berdasarkan pada penimbangan dari hasil reaksi
setelah bahan/analit yang dihasilkan diperlakukan terhadap pereaksi tertentu.
(Widodo, 2010)
Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri.
Penentuan kadar abu merupakan cara pendugaan kandungan mineral bahan pangan
secara kasar. Bobot abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi abu
dan cawan kosong. Apabila suatu sampel di dalam cawan abu porselen
dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 700°C akan menjadi abu berwarna putih.
Ternyata di dalam abu tersebut dijumpai garam-garam atau oksida-oksida dari K,
P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu, disamping itu terdapat dalam kadar yang sangat
kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li, Ag, Ti, As, dan lain-lain. (Yunizal, et.al,
1998)
Kadar abu/mineral merupakan bagian berat mineral dari bahan
yang didasarkan atas berat keringnya. Abu yaitu zat organik yang tidak menguap,
sisa dari proses pembakaran atau hasil oksidasi. Penentuan kadar abu ada
hubungannya dengan mineral suatu bahan.
Mineral yang terdapat dalam pangan terdiri dari 2 jenis
garam, yaitu
1. Garam-garam organik, misalnya garam
dari as.malat, oxalate, asetat, pektat dan lain-lain
2. Garam-garam anorganik, misalnya
phospat, carbonat, chloride, sulfat nitrat dan logam alkali. (Anonim, 2011)
Selain kedua
garam tersebut, kadang-kadang mineral dapat terbentuk sebagai senyawa yang
kompleks yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam
bentuk aslinya adalah sangat sulit.
Menurut Winarno
(1991), kadar abu yang yang terukur merupakan bahan-bahan anorganik yang tidak
terbakar dalam proses pengabuan, sedangkan bahan-bahan organik terbakar.
Untuk menentukan
kandungan mineral pada bahan makanan, bahan harus dihancurkan/didestruksi
terlebih dahulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan kering (dry
ashing) atau pengabuan langsung dan pengabuan basah (wet digestion).
Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat organik dalam bahan, sifat
zat anorganik yang ada di dalam bahan, mineral yang akan dianalisa serta
sensitivitas cara yang digunakan. (Apriyantono, et.al, 1989).
Prinsip dari
pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu
tinggi, yaitu sekitar 500 – 600 oC dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. (Sudarmadji,
1996)
Pengabuan dilakukan melalui 2
tahap yaitu :
a. Pemanasan pada suhu 300oC
yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang
bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan
dilakukan sampai asap habis.
b. Pemanasan pada suhu 800oC
yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak secara
tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang
tiba-tiba.
Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa
mineral, kecuali mercuri dan arsen. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk
menganalisa kandungan Ca, P, dan Fe akan tetapi kehilangan K dapat terjadi
apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi
juga akan menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut.
3. Asam Lemak Bebas
Bilangan asam
adalah jumlah miligram Kalium Hidroksida (KOH) yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam-asam lemak bebas dari 1 gram minyak atau lemak. Bilangan asam
dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak
ataupun lemak. Besarnya bilangan asam
tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak. Perhitungan bilangan
asam ialah hasil kali milliliter KOH yang terpakai sebagai titran dengan
normalitas KOH dan bobot ekivalen asam lemak, dibagi dengan bobot sampel minyak
(gram) (Ketaren, 2008).
Angka asam yang besar menunjukan asam lemak bebas yang
besar yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang
kurang baik. Makin tinggi angka asam maka makin rendah kualitas (Sudarmadji et
al., 1996).
Asam lemak atau lebih sering dikenal dengan istilah fatty
acid
adalah senyawa alifatik
dengan gugus karboksil. Bersama-sama dengan gliserol,
merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku
untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak
masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara
alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun
terikat sebagai gliserida.
Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat
dengan rumus kimia R-COOH. Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah H-COOH
yang adalah asam formiat,
H3C-COOH
yang adalah asam asetat, H5C2-COOH
yang adalah asam
propionat, H7C3-COOH
yang adalah asam
butirat dan seterusnya mengikuti gugus alkil
yang mempunyai ikatan
valensi tunggal, sehingga membentuk rumus bangun alkana.
Analisis kadar asam lemak bebas berkaitan dengan reaksi
hidrolisis yang akan mengarah pada kerusakan minyak atau penurunan mutu minyak.
Reaksi hidrolisis yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi
karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Suatu minyak
atau lemak akan akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol.
Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (lebih
kecil dari C14) seperti pada mentega, kelapa sawit, dan minyak
kelapa. Minyak yang telah terhidrolisis akan mengakibatkan bahan pangan menjadi
coklat dan lebih banyak menyerap minyak. Selama penyimpanan atau pengolahan
minyak atau lemak, asam lemak bebas bertambah dan harus dihilangkan dengan
proses pemurnian dan deodorization untuk menghasilkan minyak yang lebih
baik mutunya.
(Winarno, 1992)
Reaksi hidrolisis ini akan mengakibatkan ketengikan yang
menghasilkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut. Reaksi yang terjadi
ditampilkan pada Gambar 1.
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
|
|
|
Kadar asam lemak bebas ialah kadar berdasarkan bobot berdasarkan
dari asam lemak tertentu yang terkandung dalam minyak atau lemak, dihitung
dengan pengurangan
jumlah ml NaOH untuk titrasi contoh dengan jumlah ml larutan NaOH untuk titrasi
blanko, yang dikalikan dengan normalitas NaOH,bobot ekuivalen asam palmitat,
dan dikalikan 100. Setelah itu dibagi dengan mg bobot sample.
4. Bilangan Peroksida
Peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah molekul organik yang
mengandung ikatan tunggal oksigen-oksigen (R-O-O-R'). Jika salah satu dari R
atau R' merupakan atom hidrogen, maka senyawa itu disebut hidroperoksida
(R-O-O-H).
Bilangan peroksida merupakan pengukuran sejumlah iod
yang dibebaskan melalui oksidasi oleh peroksida dalam lemak atau minyak
dinyatakan dalam miliekuivalen peroksida per kg lemak atau minyak. Asam lemak
tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk
peroksida. Peroksida ini dapat ditentukan dengan metode iodometri. Menurut
Harjadi (1993), metode iodometri dibagi menjadi dua golongan, yaitu iodometri
tak langsung yang menggunakan Na2S2O3 sebagai
titran dan iodometri langsung yang menggunakan I2 sebagai titran.
Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida
dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak
disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehida dan keton serta
asam-asam lemak bebas.
Mekanisme
oksidasi yang umum dari minyak atau lemak adalah sebagai berikut:
Inisiasi (initiation)
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.gif)
(ROOH)2
Perambatan (propagation)
R + O2
RO2
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
RO2 + RH
R + ROOH
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.gif)
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.gif)
R + R
![](file:///C:\DOCUME~1\COM_\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.gif)
RO2 + RO2
Ketengikan terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida.
Jadi kenaikan bilangan peroksida hanya indikator dan merupakan suatu tanda
bahwa minyak akan berbau tengik. Berbagai faktor yang dapat mempercepat
terjadinya oksidasi adalah adanya katalis, panas, enzim dan kontak dengan
oksigen.Oksidasi yang lebih lanjut dapat menghasilkan keton,
karena reaksi ini disertai hidrolisa. Peristiwa ini dikenal sebagai ketonic rancydity. (Ketaren 2008).
Untuk
menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak dapat dengan melihat besarnya
bilangan peroksida yang terkandung dalam suatu bahan. Dalam reaksinya
pembentukan peroksida dan hidroperoksida menjadi awal dari terjadinya reaksi
oksidasi. Kemudian selanjutnya
terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida
menjadi aldehida dan keton serta asam-asam lemak bebas. Ketengikan terbentuk oleh aldehida bukan oleh
peroksida. Jadi kenaikan bilangan peroksida hanya indikator dan merupakan suatu
tanda bahwa minyak akan berbau tengik. Berbagai faktor yang dapat mempercepat
terjadinya oksidasi adalah adanya katalis, panas, enzim dan kontak dengan
oksigen.
Proses
oksidasi sebenarnya bisa diminimalisir dengan penambahan antioksidan pada
minyak goreng. Contoh antioksidan yang bisa digunakan dalam batasan tertentu
antara lain: eugenol, asam sitrat, pyrogallol dan sebagainya.
Dengan
penambahan antioksidan, maka energi dalam persenyawaan aktif (mengandung
energi) ditampung oleh anti oksidan, sehingga proses oksidasi terhenti.
(Ketaren, 2008).
Analisa
bilangan peroksida berdasarkan reaksi antara alkali iodida dalam larutan
asam dengan ikatan peroksida. Iod yang dibebaskan pada reaksi ini kemudian
dititrasi dengan natrium tiosulfat (iodometri tak langsung). Analat harus
berbentuk oksidator yang cukup kuat, karena dalam metode ini analat direduksi dulu dengan KI
sehingga terjadi I2, dan yang dititrasi dengan natrium
tiosulfat
adalah I2 yang telah mengalami reaksi reduksi oleh KI.
Menurut
Harjadi (1993)Reaksi berjalan cepat dan bersifat unik karena
oksidator lain tidak mengubah S2O3= menjadi S4O6=
melainkan menjadi SO3= seluruhnya atau sebagian menjadi
SO4=. Titrasi
dapat dilakukan tanpa indikator karena warna I2 yang dititrasi itu
akan lenyap bila titik akhir tercapai; warna itu mula-mula cokelat agak tua,
menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda dan seterusnya, sampai akhirnya
lenyap. Bila diamati dengan cermat perubahan warna tersebut, maka
titik akhir dapat ditentukan dengan cukup jelas. Namun lebih mudah dan lebih
tegas bila ditambahkan indikator amilum.
Penentuan
peroksida ini kurang baik dengan cara iodometri biasa, meskipun peroksida
bereaksi sempurna dengan alkali iod. Hal ini disebabkan karena peroksida jenis
lainnya hanya bereaksi sebagian. Di samping itu dapat terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh reaksi antara alkali iodida dengan oksigen dari udara. Hasil
bilangan peroksida dinyatakan dalam miligram oksigen per 100 gram minyak atau
lemak, yaitu hasil pengurangan jumlah ml larutan Na2S2O3 untuk
titrasi contoh dengan jumlah mL larutan Na2S2O3 untuk
titrasi blanko, yang dikalikan dengan normalitas Na2S2O3,
setengah dari bobot
ekivalen oksigen (8) dan dikalikan 100. Setelah itu dibagi dengan mg bobot sampel.
5. KADAR LEMAK
Lemak
merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang
khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya
dalam pelarut organik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau sebaliknya
ketidaklarutannya dalam pelarut air. Lemak secara kimiawi adalah trigliserida
merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan
sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat.
Terdapat dua jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh. Lemak jenuh terdapat pada pangan hewani (Makdoeld 2002).
Soxhlet
merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengekstrak suatu bahan dengan
pelarutan yang berulang-ulang dengan pelarut yang sesuai. Sampel yang akan
diekstraksi ditempatkan dalam suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan
diletakkan di atas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di atas
sampel. Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel dan diakumulasi
sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut akan kembali masuk ke
dalam tabung destilasi secara otomastis. Proses ini berulang terus dengan
sendirinya di dalam alat terutama dalam peralatan Soxhlet yang digunakan untuk
ekstraksi lipida (Wirakusumah 2007).
Heksana
adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Awalan heks-
merujuk pada enam atom karbon yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana
berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan
atom-atom karbon tersebut. N-heksana merupakan jenis pelarut organik. Fungsi
dari heksana adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak,
sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih ( Mahmudi 1997).
1 komentar:
Kami dari PT. HOKA HOKI INDONESIA memberitau bahwa perusahaan kami ingin bekerjasama dalam pengurusan barang Import RESMI & BORONGAN
Service Kami,
Customs Clearance Import sistem Resmi maupun Borongan
Penanganan secara Door to Door ASIA & EROPA
Penyediaan Legalitas Under-Name (Penyewaan Bendera)
Pengiriman Domestic antar pulau seluruh Indonesia laut dan Udara atau Darat.
Kami menerima barang2 seperti Kimia, tetapi kimia yang ada disertai MSDS (Material Safety Data Sheet).
Jika ada yang ingin dipertayakan, silah kan hubungi kami di nomor (+62 21) 2906-8484 E-Mail : andijm.logistics@gmail.com, import-export@hokahoki.co.id
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
PT. HOKA HOKI INDONESIA
Shopping Arcade 2nd Floor B-03 Jakarta Garden City,
Jl. Raya Cakung Cilincing KM. 0,5 Jakarta Timur 13910 Indonesia
Phone : +62 21 29068484 Fax : +62 21 29068666
Email : andijm.logistics@gmail.com
Website : hokahoki.co.id
Mr. Andi JM
Hp. 081385311679
Posting Komentar